Resume
Outbond
Pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun bangsa dan negara. Dalam pendidikan karakter di lingkungan
lembaga pendidikan, semua komponen (stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan lembaga pendidikan, pelaksanaan
aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh
warga dan lingkungannya.
Pendidikan karakter
merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk
membentuk kepribadian agar memiliki pengetahuan, perasaan, dan tindakan yang
berlandaskan pada norma-norma luhur.
Dalam rangka ikut
mencerdaskan bangsa, khususnya kepada kaum muda (Mahasiswa) sebagai bagian dari
elite generasi muda yang akan mewarisi estafet kepemimpinan nasional perlu
kiranya mengembangkan minat mahasiswa tersebut untuk memiliki karakter
kepemimpinan yang kuat dengan kondisi kebugaran tubuh dan jiwa yang prima.
Pemimpin masa depan yang mempunyai karakter demikianlah yang kita harapkan agar
mempunyai daya saing tinggi dalam menghadapi tantangan global. Untuk mencapai
hal tersebut pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dan menentukan.
Guna meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia khususnya kaum muda agar mampu bekerja secara tim
yang berkenaan dengan perilakunya, baik secara individu maupun ketika
berinteraksi di dalam kelompok membutuhkan suatu pelatihan di luar ruangan (outbound), seperti kepemimpinan, kerja
sama tim, disiplin, berkepribadian, tanggung jawab yang dilandasi kesadaran
bela negara yang diselingi latihan fisik. Hal tersebut dapat memotivasi menuju
bangsa dengan kaum muda yang bugar, cerdas dan bijak serta menjadikan mereka
optimis dalam memajukan seluruh sendi kehidupan bangsa Indonesia.
Outbound
(training) adalah kegiatan pelatihan
di luar ruangan atau di alam terbuka yang menyenangkan dan penuh tantangan.
Bentuk kegiatannya berupa simulasi kehidupan melalui permainan-permainan (games) yang kreatif, rekreatif, dan
edukatif, baik secara individual maupun kelompok, dengan tujuan untuk
pengembangan diri (personal development)
maupun kelompok (team development).
Melalui pelatihan outbound,
diharapkan lahir “pribadi-pribadi baru” yang penuh motivasi, berani, percaya
diri, berpikir kreatif, memiliki rasa kebersamaan, tanggung jawab, kooperatif,
rasa saling percaya, dan lain-lain.
UPN “Veteran” Jawa Timur
melaksanakan outbond Praktikum Bela
Negara sebagai lanjutan dari mata kuliah Bela Negara agar para mahasiswa dapat
mengimplementasikannya dengan baik, tidak hanya sekadar teori saja. Mata kuliah
yang memuat 3 SKS ini, terbagi menjadi 2 SKS teori di kelas dan 1 SKS praktikum
outbond. Pelaksanaan outbond ini berjalan selama Hari Sabtu
dan Minggu pada tanggal 19, 20, 27 Oktober dan 2, 3, 10 November 2019.
Outbond inilah yang
menjadi salah satu fondasi awal untuk kemampuan jiwa bela negara untuk mahasiswa.
Oleh karena itu materi-materi yang diberikan, antara lain peraturan baris
berbaris (PBB) dasar, PBB dalam kelas, pelaksanaan apel pagi dan sore, serta
kegiatan outbond, meliputi ice breaking, fun game dan adventure
untuk melatih fisik dan ketangkasan mahasiswa.
Sementara itu, outbond
praktikum bela negara ini diikuti oleh 2752 mahasiswa pengampu mata kuliah Bela
Negara dengan 10 TNI dari KODIM sebagai pelatih, 28 asisten pelatih dari UKM
Pramuka dan Resimen Mahasiswa serta 26 dosen pelatih. Dalam pelaksanaannya
diputuskan 2692 mahasiswa lulus praktikum dan 60 mahasiswa tidak lulus dan
diwajibkan mengikuti kembali praktikumnya di tahun akademik berikutnya.
Resume
Penyuluhan
Tidak terlepas dari Pendidikan
Anak Usia Dini, anak usia dini sangat tepat untuk dikenalkan konsep Bela Negara
untuk pertama kalinya, karena usia dini merupakan saat itu anak dalam
pembentukan dan perkembangan dalam semua aspek kehidupan. Seperti seniman yang
sedang membuat patung keramik, tanah liat akan mudah dibentuk saat masih basah.
Saat usia dinilah sikap perilaku anak disemai, dipupuk dan tumbuh menjadi
perilaku dari pribadi-pribadi yang berkarakter kebangsaan yang tinggi.
Namun, janganlah kita
bayangkan dengan materi militerkah nantinya Pendidikan Bela Negara akan
diberikan kepada anak usia dini. Tentu saja melalui pintu permainan, karena
bermain adalah dunia mereka. Itulah pintu yang paling tepat dalam mengenalkan,
membiasakan hingga akhirnya menjadi sebuah perilaku yang menetap dari seseorang
atau yang biasa kita sebut karakter.
Permainan-permainan
dirancang secara terintegrasi agar dapat mengembangkan semua aspek
perkembangan anak. Pemainan yang sesuai dengan kecenderungan belajar
masing-masing anak atau kita biasa menyebutnya kecerdasan jamak atau multiple Intelligence. (Howard Gardner:
1993).
Howard Gardner sang
pencetus dari teori kecerdasan jamak mengawali teorinya dengan percobaan dalam
kelas spectrum telah
menemukan bahwa setiap anak mempunyai kecerdasan yang berbeda, sehingga mereka pun
juga memerlukan stimulasi atau teknik pembelajaran yang berbeda sesuai dengan
kecerdasan mereka masing-masing. Setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda
dalam menerima dan memahami setiap informasi/pengetahuan maupun keterampilan
sesuai dengan jenis kecerdasan mereka. Anak yang mempunyai kecerdasan musikal
tinggi maka dia akan lebih muda dalam mempelajari segala hal tentang musik,
mereka akan lebih terampil memainkan alat musik daripada anak yang mempunyai
kecerdasan lainnya. Pengetahuan yang mereka terima akan lebih mudah
mereka pahami jika disampaikan dengan iringan musik atau melalui lagu.
Demikian juga halnya
dengan Pendidikan Bela Negara untuk anak usia dini, jika disampaikan sesuai
dengan stimulasi dan karakteristik kecerdasan anak maka akan dengan mudah pula
mereka pahami. Anak juga lebih gembira dan mempunyai ketertarikan yang tinggi
terhadap informasi/pengetahuan tentang bela negara. Pendidikan bela negara yang
diberikan kepada anak usia dini masih pada tahap pengenalan dan pembiasaan pada
sikap perilaku anak. Membiasakan sikap perilaku bela negara bagi anak usia dini
seperti membangun sebuah fondasi bangunan. Fondasi yang kuat tentu harus dengan
formulasi campuran bahan yang tepat, bukan berarti jika fondasi yang dibuat
dengan batu kali saja akan kuat, atau semen saja akan lebih kokoh. Tetapi, membuat
fondasi bangunan yang kuat harus pas campuran antara pasir, semen, batu kali
tentu saja tidak boleh ketinggalan air yang menjadi perekatnya besi beton yang
menjadi penguat dan penyanggahnya. Sikap perilaku diibaratkan seperti air yang
menjadi perekat dari semua kemampuan anak kemudian dikuatkan dengan nilai agama
dan moral sebagai penyanggahnya yang hal ini diibaratkan sebagai besi. Jika fondasi
sikap perilaku bela negara pada anak telah tertanam kuat, maka Indonesia akan
mempunyai generasi yang siap membela negaranya karena sikap perilaku
sehari-hari yang mencerminkan bela negara akan menjadi karakter generasi baru
Indonesia.
Stimulasi bagi kecerdasan
jamak paling tepat diberikan melalui permainan. Bagi anak usia dini permainan
adalah kehidupan bagi mereka. Permainan menjadi salah satu cara yang sangat
tepat dan mudah dalam mengajarkan pengetahuan tentang bela negara. Permainan
itu sendiri mengandung nilai-nilai berjuang, bekerja sama, berani, percaya
diri, sportivitas, pengendalian emosi, kemandirian, meningkatkan keterampilan,
kreatif dan gembira. Hal sederhana yang diterapkan adalah melatihnya bernyanyi
lagu-lagu nasional. Diberikan games
semacam kuis yang jawabannya dapat ditemukan pada lagu-lagu nasional yang telah
diajarkan. Juga hal tersebut dapat melatih anak untuk berani tampil di depan
umum, meningkatkan kepercayaandiri terhadap seorang anak. Dan juga diberikan
tantangan untuk mewarnai beberapa gambar yang sederhana. Hal tersebut dapat
melatih sportivitas anak dalam memiliki daya saing yang sehat.
Resume
Aktivitas Bela Negara
Melaksanakan aktivitas
bela negara memang sangat banyak macamnya, dengan melaksanakan aktivitas
tersebut tentu kita dapat semakin menyadari betapa pentingnya menghargai jasa
para pahlawan. Namun, tidak hanya menghargai, tetapi juga kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari dalam meneladani semangat juang para pahlawan. Untuk itu,
saya memilih mengunjungi situs Museum WR Soepratman yang terletak di Jl. Mangga
No. 21 Surabaya. Museum ini merupakan sebuah rumah kecil yang dulunya memang
ditempati oleh keluarga WR Soepratman hingga akhir masa hayatnya.
Wage Rudolf
Soepratman adalah pencipta lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia
Raya. WR Soepratman dilahirkan pada Senin, 9 Maret 1903 di Jatinegara, Jakarta, ia seorang Muslim dan
tidak mengikuti organisasi politik apapun. Ayahnya bernama Senen yaitu seorang
sersan di Batalyon VIII. WR Soepratman diasuh oleh kakak iparnya WM Van Eldik
(Sastromihardjo) ia telah belajar bermain gitar dan biola.
WR Soepratman wafat pada tahun 1938. Setelah kediaman beliau ditinggal keluarga W.R.
Supratman pada masa revolusi 1945, rumah tersebut ditempati oleh keluarga Cina
sampai 1974. Setelah itu, rumah tersebut dibiarkan kosong selama 27 tahun.
Museum WR Soepratman diresmikan pada 28 Oktober 2003 olah Menteri
Negara Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika. Renovasi pernah dilakukan
dengan izin Sekretaris Kementerian Negara Kebudayaan dan Pariwisata Sapta
Nirwanda. Benda bersejarah yang dipamerkan di museum ini seperti biola, foto
keluarga WR Soepratman, dan berbagai pigura berisi fotokopi lagu-lagu karya WR
Soepratman. Untuk menarik minat masyarakat, di halaman museum juga dibangun
patung tokoh nasional ini. Museum ini merupakan cagar budaya yang
dilindungi Undang-Undang Nomor 592 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1993. Di Museum ini bisa dilihat tulisan asli WR Soepratman ketika
ia membuat lagu Indonesia Raya pada saat pertama, dan juga biola historis yang
menemaninya saat membuat beberapa lagu kebangsaan.
Pada bulan Oktober 1928
di Jakarta, diadakan sebuah Kongres Pemuda yang melahirkan ‘Sumpah Pemuda’.
Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman
memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan para peserta.
Waktu itu merupakan pertama kalinya lagu Indonesia Raya ini bergema di depan
publik. Semua partisipan terkejut mendengarnya. Setelah itu, Lagu Indonesia
Raya selalu tidak pernah ketinggalan untuk dibawakan di setiap kongres yang
berlangsung. Lagu ini merupakan perwujudan dari keinginan bersama untuk sebuah
kemerdekaan.
Lagu terakhir yang beliau
ciptakan berjudul Matahari Terbit, dan karena lagu itu pulalah, Beliau di
penjara di Kalisosok dan pada akhirnya meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938.
Pada 26 Juni 1959, Pemerintah Regulasi 44 mengumumkan bahwa Indonesia Raya
adalah lagu kebangsaan Indonesia.
Resume
Pelaksanaan Bela Negara
Pelaksanaan bela negara sangat bervariasi macamnya,
seperti berziarah ke taman makan pahlawan, mengikuti upacara bendera, mengikuti
seminar kebangsaan, dan sebagainya. Dalam melaksanakan bela negara, saya telah mengikuti
upacara bendera sebanyak dua kali dalam beberapa bulan di semester dua ini. Selain itu, karena saya telah mengunjungi kediaman WR
Soepratman semasa hidupnya, saya juga berziarah di makam beliau. Beliau
merupakan sosok yang sangat memotivasi saya dalam melaksanakan hobi saya, yakni
bermain gitar dan menyanyi. Karena hal itulah, dapat kita ambil kesimpulannya,
bahwa dalam melaksanakan bela negara bukan hanya untuk berjuang dengan spektrum
yang keras. Akan tetapi, kita bisa melakukannya dengan spetrum yang lebih
rendah sesuai dengan kemampuan kita. Seperti hobi yang kita senangi dan kita
lakukan sehari-hari. Dari situlah, kita dapat berkarya untuk dipersembahkan
pada negeri kita tercinta, Indonesia.
0 comments:
Post a Comment