Monday, March 30, 2020

Tipe-Tipe Kepemimpinan


BAB I
PENDAHULUAN
           
1.1              Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai Negara Hukum. Hal ini tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 1 ayat (3) yang berbunyi, “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum merupakan peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Sebuah pemerintahan tentunya terikat dengan hal kepemimpinan, karena di balik jalannya pemerintahan terdapat pemimpin yang memimpin pemerintahan tersebut. Di Indonesia sendiri menganut sistem pemerintahan demokrasi pancasila, di mana semua warga negaranya mempunyai hak dan kesempatan yang sama atau serta untuk berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi hidup mereka. Sistem demokrasi mengacu pada tipe kepemimpinan demokratis yang merupakan salah satu dari lima bentuk tipe kepemimpinan yang ada di dunia.
Terdapat banyak tipe kepemimpinan di dunia, di sini kami merangkumnya menjadi lima bentuk, yakni tipe kepemimpinan otokratis, militeristis, paternalistis, karismatis dan demokratis. Peran kepemimpinan sangat penting dibutuhkan dalam pengambilan keputusan, pencapaian visi, misi dan tujuan sebuah organisasi. Faktor terpenting dalam keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi terletak pada pemimpinnya. Pemimpin yang baik adalah mereka yang senantiasa dapat mengayomi, membimbing dan memimpin pengikutnya mencapai suatu tujuan tertentu.

1.2              Rumusan Masalah
1.2.1        Apa arti kepemimpinan secara etimologi?
1.2.2        Apa saja tipe-tipe kepemimpinan yang ada di dunia?
1.2.3        Apa ciri-ciri setiap tipe kepemimpinan yang disebutkan?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Kepemimpinan secara Etimologi
Kepemimpinan secara etimologi adalah terjemahan dari kata “leadership” yang berasal dari kata “leader. Pemimpin (leader) adalah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan merupakan jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntunan. Dari “pimpin”, lahirlah kata kerja “memimpin” yang artinya membimbing dan menuntun.[1]

2.2              Tipe-Tipe Kepemimpinan
2.2.1        Tipe Kepemimpinan Otokratis
Autocratic berasal dari bahasa yunani yang dapat diterjemahkan sebagai “one who rules by himself”, (Wikipedia, 2009). Autocratic leadership adalah tipe kepemimpinan yang menuntut adanya kepatuhan penuh dari bawahannya tanpa meminta adanya pembangkangan atau keraguan. Tipe kepemimpinan seperti ini, seringnya menentukan keputusan berdasarkan pemikiran sendiri dan jarang sekali mau menerima masukan orang lain.
      Autocratic leadership bersifat absolut dan mengontrol total bawahannya, (Lewin, 1939). Pemimpin dengan gaya seperti ini umumnya menentukan kebijakan, prosedur, peraturan dan tujuan organisasi berdasarkan idenya sendiri. Keputusan yang diambilnya langsung dan final. Pemimpin dengan tipe ini menganggap bahwa semua bawahannya tidak mempunyai kemampuan dan keahlian serta selalu membutuhkan pendampingan dan kontrol agar memastikan bawahan selalu patuh kepada pimpinan.
      Gaya kepemimpinan Otokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan membatasi inisiatif maupun daya pikir  tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat mereka. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
Ciri-ciri tipe kepemimpinan otokratis:
·      Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
·      Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
·      Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata.
·      Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat.
·      Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya.
·      Dalam melakukan penggerakan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung paksaan dan punitif (bersifat menghukum).
Contoh tokoh terkenal yang menganut tipe kepemimpinan otokratis adalah ...

2.2.2        Tipe Kepemimpinan Militeristis
Tipe kepemimpinan militeristis adalah tipe pemimpin yang memiliki disiplin tinggi dan biasanya menyukai hal-hal yang formal. Menerapkan sistem komando dalam menggerakkan bawahannya untuk melakukan perintah. Menggunakan pangkat dan jabatan dalam mempengaruhi bawahan untuk bertindak.
Ciri-ciri tipe kepemimpinan militeristis:
·      Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan.
·      Senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya.
·      Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan.
·      Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan.
·      Sukar menerima kritik dari bawahan.
·      Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Contoh tokoh terkenal yang menganut tipe kepemimpinan militeristis adalah ...

2.2.3        Tipe Kepemimpinan Paternalistis
Tipe pemimpin ini memiliki sifat kebapakan, mereka menganggap bahwa bawahan tidak bisa bersifat mandiri dan perlu dorongan dalam melakukan sesuatu. Pemimpin ini selalu melindungi bawahannya. Pemimpin paternalistik memiliki sifat maha tahu yang besar sehingga jarang memberikan kesempatan pada bawahan untuk mengambil keputusan.
Ciri-ciri tipe kepemimpinan paternalistis:
·      Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
·      Bersikap terlalu melindungi.
·      Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif dan mengambil keputusan.
·      Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
·      Sering bersikap maha tahu.
Contoh tokoh terkenal yang menganut tipe kepemimpinan paternalistis adalah ...

2.2.4        Tipe Kepemimpinan Karismatis
Tipe pemimpin ini memiliki sifat kebapakan, mereka menganggap bahwa bawahan tidak bisa bersifat mandiri dan perlu dorongan dalam melakukan sesuatu. Pemimpin ini selalu melindungi bawahannya. Pemimpin paternalistik memiliki sifat maha tahu yang besar sehingga jarang memberikan kesempatan pada bawahan untuk mengambil keputusan.
Hingga sekarang ini para sarjana belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki kharisma. Yang diketahui ialah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. (Sondang P.Siagian, 1977)
Ciri-ciri tipe kepemimpinan karismatis:
·       Dapat mengkomunikasikan visi dan misi secara jelas
·       Dapat membangkitkan semangat bawahan untuk bekerja lebih giat
·       Bisa mendapatkan pengikut dengan masa yang besar karena sifatnya yang berkharisma sehingga bisa dipercaya
·       Menyadari kelebihannya dengan baik sehingga bisa memanfaatkannya semaksimal mungkin
Contoh tokoh terkenal yang menganut tipe kepemimpinan karismatis adalah ...

2.2.5        Tipe Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin dengan tipe Democratic Leadership sering disebut sebagai Enlightened Leader, karena menghargai dan menganggap orang lain. Democratic Leadership adalah tipe kepemimpinan yang melibatkan partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan organisasi.
Pemimpin dengan tipe ini bertindak berdasarkan kepercayaan, integrity, kejujuran, equality, openness dan mutual respect. Democratic Leadership menunjukan pengakuan dan perhatian kepada orang lain dengan mendengarkan dan memahami dengan empathetic. Mereka memotivasi bawahan agar terus mencapai kemampuan dan hasrat tertingginya.
Democratic Leadership mempunyai penekanan akan pentingnya kerjasama tim sementara dirinya memposisikan sebagai fasilitator untuk membangun sinergi antara individu di dalam kelompok. Democratic Leadership mengharapkan adanya feedback dari bawahan sehingga dia mengetahui kondisi dan kebutuhan organasisasi. Democratic Leadership sangat memahami kesalahan dan lebih memilih reward dibandingkan dengan punishment (MacGrefor, 2004).

Ciri-ciri tipe kepemimpinan demokratis:
·      Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
·      Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
·      Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
·      Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
·      Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
·      Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.
Contoh tokoh terkenal yang menganut tipe kepemimpinan demokratis adalah ...















BAB III
PENUTUP

4.1              Kesimpulan
Kata pemimpin dan kekuasaan itu memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Seorang pemimpin harus mampu menjadikan dirinya pola anutan bagi orang-orang yang dipimpinnya, mampu melakukan power sharing dengan anak buahnya untuk mendorong munculnya ide-ide baru dan solusi kreatif atas tantangan yang dihadapi organisasi.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Seorang pemimpin harus mempunyai visi, yang mana visi tersebut bukanlah dibuat semata-mata rangkaian kalimat yang disusun sehingga enak dibaca dan didengar, visi juga bukan sekedar hasil olah pengetahuan, namun visi menjadi pengikat, pemersatu, inspirator dan pemberi semangat seluruh komponen organisasi. Visi yang demikian itu tidak mungkin diperoleh melalui pelatihan sebab pada hakikatnya visi bukan keterampilan, visi harus berangkat dari hati melalui proses perenungan, dan pembelajaran, didasarkan pada pengetahuan, dan kemudian direalisasikan melalui tindakan nyata.






DAFTAR PUSTAKA



[1] Pramudji, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 5.

0 comments:

Post a Comment