Peran Generasi Milenial dalam Dunia Kerja di Masa
Mendatang
“Kaum terpelajar memiliki peran
yang signifikan bagi masa depan sebuah bangsa.” –
Dewasa ini,
teknologi sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Globalisasi bukan hanya
proses masuknya budaya asing ke sebuah negara yang akan berdampak buruk jika
tidak disaring. Semakin ke sini,
globalisasi membawa banyak dampak. Termasuk dalam bidang teknologi. Setiap
bertambahnya waktu, teknologi kian diperbaiki dan semakin canggih. Manusia akan
menghadapi dilema otomatisasi. Seperti industri 4.0 yang dewasa ini kerap
dibicarakan. Segala hal akan terselesaikan dengan bantuan kecanggihan
teknologi. Semua berjalan dengan otomatis. Kini dunia berada dalam genggaman
manusia.
Hal ini
tentu membawa dampak negatif bagi peradaban sebuah bangsa. Manusia akan semakin
sulit mendapatkan lapangan pekerjaan. Dan ini mendorong manusia untuk berpikir
semakin kritis demi terciptanya inovasi dalam segala bidang. Agar mereka tidak
kehilangan pekerjaannya. Apakah kita ingin, pekerjaan kita diambil alih oleh
robot? Tentu tidak. Dengan dunia yang serba otomatis, manusia secara tidak
langsung juga akan semakin malas. Bagaimana masa depan sebuah bangsa jika
pemudanya hanya bermalas-malasan? Padahal masa depan sebuah bangsa ditentukan
oleh kualitas anak mudanya.
Masa depan
sebuah bangsa dalam sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan berada di tangan
generasi milenial. Sejak tahun 2016, tercatat 80% tenaga kerja berasal dari
generasi Y atau yang biasa disebut generasi milenial. Generasi milenial sendiri
adalah mereka yang terlahir antara tahun 1980 hingga 2000. Generasi inilah yang
akan memegang peranan penting sebuah bangsa dalam beberapa masa mendatang.
Memasuki dunia otomasi ini, generasi milenial sudah seharusnya membawa
perubahan agar kualitas kinerja semakin meningkat dan tidak kalah saing dengan
canggihnya teknologi. Teknologi boleh pintar, tetapi jangan sampai kita
dibodohi oleh teknologi. Peran generasi milenial dalam dunia kerja tentu akan
menentukan masa depan sebuah bangsa.
Hasil
survei menemukan bahwa terdapat pergeseran besar yang secara total mengubah
cara orang bekerja di masa depan. Terobosan di bidang teknologi, terbatasnya sumber
daya dan faktor perubahan iklim, berpindahnya kekuatan ekonomi global,
berubahnya struktur demografis, dan pesatnya urbanisasi merupakan penyebab
signifikan perubahan cara orang dalam bekerja. Dalam hal ini, generasi milenial
memiliki peran memperbarui cara kerja dan pola pikir generasi X yang sudah
tidak cukup layak diaplikasikan dalam dunia serba modern ini. Generasi milenial
mempunyai aspirasi nilai dan preferensi mereka sendiri mengenai bagaimana, di mana,
dan kapan mereka bekerja dan berkolaborasi.
Dengan
total 10.000 orang responden dari survei tersebut, lebih dari separuh meyakini
bahwa kecanggihan teknologi akan mempengaruhi cara orang bekerja selama sepuluh
hingga dua puluh tahun ke depan. Sedangkan, 39% dari sisanya meyakini perubahan
cara kerja disebabkan oleh kelangkaan sumber daya dan perubahan iklim, 36%
terjadi karena pergeseran kekuatan ekonomi global, 33% disebabkan oleh
pergeseran demografis, dan 26% terjadi karena pertumbuhan tingkat urbanisasi
yang sangat pesat. Adanya teknologi yang semakin berkembang, media sosial, dan
analisis data berdampak sangat besar terhadap cara orang berkomunikasi,
bekerja, dan berkolaborasi dengan kinerja generasi sebelumnya atau bahkan
generasi setelahnya. Karena, saat ini saja dunia kerja berisi orang-orang dari
generasi yang berbeda. Tenaga kerja yang tersedia akan semakin beragam dan jam
kerja akan semakin panjang. Lantas, jenjang karir tradisional akan semakin
terbelakang dan terlupakan.
Berubahnya
dunia kerja tidak hanya terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal seperti hasil
yang didapatkan dari survei tersebut. Melainkan berubahnya dunia kerja justru
juga terjadi karena generasi milenial itu sendiri. Seiring dengan bertambahnya
pengalaman mereka, diharapkan generasi milenial tetap menjadi orang yang paling
kreatif dan semangat di dunia kerja dalam beberapa masa mendatang.
Generasi
muda dalam dunia kerja beberapa masa mendatang akan sangat berperan untuk
menetapkan standar baru kepemimpinan. Terdapat beberapa faktor penting yang
menjadikan milenial pemimpin di masa depan. Generasi X akan mulai pensiun, hal
tersebut menimbulkan banyak kekosongan di perusahaan. Lalu, generasi X yang
berpengalaman ingin berada di posisi yang sama, sedangkan pemimpin muda dengan
usia di bawah 30 tahun semakin banyak disukai. Dengan begitu, milenial menetapkan standar baru kepemimpinan seperti
akan lebih memprioritaskan nilai, etika, fleksibilitas, dan timbal balik atau feedback. Meski milenial adalah generasi
yang pemalu dari generasi sebelumnya, mereka juga memiliki motivasi yang
tinggi.
Generasi
milenial juga akan bersiap menghadapi generasi Z, yakni generasi di bawahnya.
Pada tahun 2018, generasi milenial yang paling senior akan mulai mencatat
perbedaan mereka dengan generasi penggantinya. Dengan demikian, milenial mulai
mempersiapkan diri untuk menyesuaikan dengan perbedaan yang ada. Selain itu,
milenial juga akan memperjuangkan keberagaman dan hak orang banyak. Milenial
sangat peduli akan keberagaman dan kesetaraan. Hal ini dikarenakan generasi
milenial yang sangat beragam. Milenial merasa bahwa keberagaman tidak ditangani
dengan baik oleh generasi sebelumnya. Dengan banyaknya milenial memimpin
organisasi, bahkan perusahaan besar, akan lebih banyak program dan keputusan
yang berkaitan dengan keragaman dan penyetaraan hak.
Peran
milenial selanjutnya dalam dunia kerja di masa mendatang adalah setia pada
pekerjaannya. Meski kebanyakan orang menilai jika milenial suka berpindah
perusahaan, dan tidak bisa berkomitmen dengan satu perusahaan saja. Hal ini
memang ada benarnya, tetapi barangkali itu juga karena faktor usia mereka,
bukan karakteristik generasi mereka. Seiring berjalannya waktu, tentu seseorang
akan semakin dewasa dan cukup matang untuk berkomitmen.
Generasi milenial
sudah pasti akan menjadi seorang pemimpin pada nantinya dan mereka harus bisa
mewujudkan peranannya dalam dunia kerja di masa mendatang. Untuk dapat
merealisasikan peranan tersebut, seorang pemimpin yang baik akan menerapkan
karakter "Change Agent"
atau agen perubahan dalam dirinya sendiri dan juga dalam perusahaannya.
Karakter
agen perubahan yang pertama adalah “Clear
Vision”. Clear vision sendiri
berarti visi yang jernih. Jadi, seorang pemimpin yang baik harus memiliki target
yang jelas. Memiliki arah strategis untuk mencapai hasil di masa datang,
sehingga akan menuntun pengerahan sumber daya perusahaannya bagi pencapaiannya.
Seorang pemimpin harus memikirkan dengan jelas apa yang diinginkan pada
perusahaannya dan akan jadi apa perusahaannya nantinya. Sehingga program
kerja dapat disusun dengan baik dan dengan tahapan yang berkesinambungan,
karena arah yang dituju jelas. Pemimpin yang baik harus bisa menjelaskan ide
dan konsep yang ada dalam pemikirannya secara jernih kepada orang lain dan
terutama kepada anggota tim kerjanya.
Change agent kedua
adalah “Patient yet Persistent”.
Jadi, seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang sabar namun gigih.
Seorang pemimpin harus memiliki kegigihan untuk mencapai targetnya. Perubahan
tersebut tentunya tidak dapat terjadi dalam semalam. Namun, sesuatu yang baik
awalnya memang harus dipaksakan agar menjadi sebuah kebiasaan. Untuk memiliki
perubahan berkelanjutan, seorang pemimpin harus melihat betapa pentingnya jika
hal tersebut terlaksana. Kegigihan datang ketika seseorang akan mengambil
kesempatan lagi, selangkah lebih dekat, dan tidak hanya menyerah dengan
kegagalan pada percobaan pertama.
Yang ketiga,
seorang pemimpin harus bersikap kritis dan analitis atau “Asks tough Question”. Dalam perusahaan tentu tidak selalu semua
pekerjaannya akan berjalan mulus. Ada kala ketika seorang pegawainya mengalami
suatu masalah. Pemimpin yang baik bukanlah mereka yang memberi tahu secara
langsung pada pegawainya apa yang harus dilakukan, melainkan mereka yang terus
mengajukan pertanyaan untuk membantu orang lain berpikir apa yang seharusnya
dilakukan. Begitu juga pada dirinya sendiri, seorang pemimpin yang baik harus
selalu bernalar dan menggunakan akal sehatnya. Tidak ada hal yang ditelan
bulat-bulat tanpa mengerti substansinya.
Change agent yang
keempat adalah “Knowledgeable and Leads
by Example”. Seorang pemimpin bukan hanya memberikan instruksi, namun
mereka yang kaya akan pengetahuan dan memimpin dengan memberikan contoh.
Pemimpin yang ingin membuat perubahan, tidak hanya harus dapat
mengartikulasikan seperti apa yang ia inginkan, namun menunjukkan bagaimana
cara kerjanya. Seorang pemimpin harus menempatkan diri dalam situasi yang akan
dihadapi perusahaannya.
Bagaimana seorang pegawai harus bisa menjalani perubahan itu, sedangkan ia saja
belum pernah mengalaminya? Jadi, seorang pemimpin sangat penting membayangkan
dan menempatkan dirinya di posisi orang lain, agar ia tahu bagaimana cara yang
tepat untuk mendorong perubahan pada mereka.
Yang terakhir,
seorang change agent harus memiliki
karakter ”Strong Relationships Built on
Trust”. Seorang pemimpin harus membangun hubungan yang kuat dengan
orang-orang di sekitarnya dengan membangun kepercayaan. Dengan kata lain,
pemimpin yang baik harus memiliki integritas agar dapat dipercaya. Jika tidak
memiliki kepercayaan yang kuat pada orang yang dipercaya dapat mendorong
perubahan, orang lain tentu juga tidak bisa menaruh kepercayaannya dengan
begitu saja. Seorang pemimpin tidak berhak takut mendekati orang lain
berdasarkan otoritas mereka dan biasanya mereka akan keluar dari jalannya,
lantas dapat terhubung dengan pemimpinnya. Karena seluruh hal di dunia,
tentunya memiliki hukum timbal balik yang sesuai.
Dalam masa industri
4.0 ini, peranan generasi milenial sudah pasti akan sangat diperlukan untuk
menjadi agen perubahan. Dunia akan memasuki masa otomasi. Di mana semua
kegiatannya berjalan otomatis, bahkan tanpa memerlukan kinerja manusia. Hal itu
menyebabkan banyak faktor yang dapat terjadi. Di antaranya adalah manusia yang
konsumtif akan semakin malas, sedangkan manusia produktif akan semakin mencari
inovasi agar pekerjaannya tidak direnggut oleh teknologi. Dan di lain sisi,
manusia yang pemalas akan semakin susah mencari lapangan pekerjaan. Karyawan
perusahaan bisa saja secara massal diberhentikan
pekerjaannya, karena telah digantikan oleh teknologi. Otomatis pengangguran
juga akan semakin meningkat.
Dari hal-hal
itulah, dunia kerja memerlukan pemimpin baru dengan ide-ide cemerlangnya dan
mengubah cara kerja yang sudah mulai tua untuk ditinggalkan. Kini saatnya
generasi milenial memikirkan apa yang akan ia tujukan pada bangsanya dalam dunia
kerja yang akan ditempuh beberapa masa mendatang. Sebab, masa depan sebuah
bangsa berada pada kualitas pemudanya. Dengan generasi milenial yang menerapkan
karakter change agent dalam dirinya,
tentu peran mereka dalam memperbaiki dan memperbarui cara kerja pada dunia
kerja di masa mendatang akan tercapai nantinya. Dengan kata lain, generasi
milenial adalah ujung tombak sebuah bangsa yang nantinya akan bersaing dengan
bangsa-bangsa lainnya.
0 comments:
Post a Comment